Sabtu, 15 September 2012

keunikan surah al khafi ayat 29

.                                                           QS AL- KAHFI  AYAT 29

   
Keutamaan QS Al-Kahfi
Keutamaan surat Al-Kahfi dan sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terahir  menjadi tameng yang melindungi pembacanya dari Fitnah Dajjal.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Al-Barra’ pernah mengatkan bahwa pernah ada seorang laki-laki bernama Usaid Ibnu hudair membaca surat Al-Kahfi di dalam rumahnya, sedangkan di halaman rumahnya terdapat hewan kendaraanya, maka hewan kendaraan itu larat, lalu ia melihat-lihat dan ternyata ada kabut atau awan yang menutupi dirinya. Kemudian ia menceritakan pengalamannya itu kepada Nabi. Maka Nabi SAW bersabda
Bacalah terus, hai fulan, sesungguhnya awan itu adalah sakinah (ketenangan ) yang turun saat kamu membaca Al-Qur’an atau turun kepada Al-Qur’an.
Diriwayatkan dari imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda;
مَنْ حَفِظَ عَثْرض آيَاتٍ مِنء اَوَّلِ سُوْرَةِ اْلكَهْفش عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ
Barang siapa yang hafal sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, dipelihara dari fitnah Dajjal
Hadits dari jalur lain menjelaskan
Barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, terpelihara dari fitnah Dajjal
Hadits yang lain dari Imam Ahmadjuga
Barang siapa yang membaca perlulaan surat Kahfi dan akhirnya, maka surat al-Kahfi menjadi cahaya baginya dari telapak kaki hingga kepalanya. Dan barang siapa yang membacanya secara keseluruhan, maka surat Al-Kahfi menjadi cahaya baginya antara langit dan bumi.

Hadits dari Imam Hakim
Barang siapa yang membaca Surat Al-Kahfi pada hari jum’at, maka memancarlah cahaya baginya sejak mulai membacanya sampai Jum’at berikutnya

Di sari dari Kitab Tafsir Ibnu Katsir

1.         Membaca
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِيْنَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوْهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا (٢٩)
2.         Terjemah
Terjemah lafdhiyah
 Terjemah ayat
dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. ( QS Al-Kahfi ayat 29 )
3.         Pelajaran Tajwid
•    Latihan Identifikasi Hukum Bacaan
Pada pelajaran sebelumnya telah di pelajari  hukum bacaan Nun mati atau tanwin jika bertemu dengan huruf Hijaiyah, dan juga hukum bacaan mim mati, jika bertemu dengan huruf Hijaiyah. Sekarang coba kalian  berlatih mengidentifikasi bacaan  tajwid dari  QS As-Syura ayat 14, dengan menggunakan kolom di bawah ini, jika kurang jelas  bertanyalah kepada gurumu.
4.         Kandungan Ayat
Surat Al-Kahfi merupakan surat yang ke  18, 15 dan 16, terdiri dari  110 ayat, merupakan ayat Makkiyah, kecuali ayat 28, 82 sampai dengan ayat 101 surat Madaniyah, di turunkan sesudah surat Al-Ghasiyah
Ayat ini menjelaskan  bahwa; Rasulullah SAW di perintah oleh Allah SWT untuk mengatakan kepada manusia, bahwa apa yang di sampaikan kepada mereka dari Tuhan mereka adalah perkara yang hak yang tiada kebimbangan dan tiada keraguan.
Ayat ini sesungguhnya bukanlah ayat tentang toleransi, atau justifikasi kebebasan beragama. Kalimat “Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barang siapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. mengandung ancaman dan peringatan yang keras kepada mereka yang tidak mau beriman. Karena kalimat selanjutnya “sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang yang dholim itu neraka yang gejolaknya mengepung mereka”[6]
Yang di maksud dengan orang-orang yang dholim itu adalah orang-orang yang ingkar kepada Allah, Rasul-Nya dan Kitab-Nya.
 Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, dengan potensi yang paling sempurna.
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ (٤)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (QS At-tiin ayat 4 )
 وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (١٧٩)
dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. ( QS Al-A’raf ayat 179 )
 Allah telah memberi akal kepada manusia yang yang dengan akalnya itu manusia di perintah untuk berfikir dan memahami perintah Allah. Allah telah memberikan pilihan-pilihan tapi dengan konsekwensi.
Allah memberikan pilihan dua jalan yaitu jalan jalan fujur dan jalan  taqwa, siapa yang memilih jalan fujur konsekwensinya di sediakan adzab yang pedih, bagi yang memilih jalan taqwa di sediakan kenikmatan ang besar.
فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَاهَا (٨)
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. ( QS Asy-Syams ayat 8 )
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ (١٠)
dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan ( QS Al-Balad [90];10 )
Yang dimaksud dengan dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan.
Jelaslah bagi kita bahwa memilih beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Kitab-Nya adalah jalan yang akan mengantarkan kepada keselamatan, sedangkan memilih kekafiran akan mengantarkan kepada kesesatan dan adzab neraka yang pedih. Gambaran Adzab Neraka akan saya jelaskan pada bab Iman kepada hari akhir, InsyaAllah.
Al-Kahfi: 29
1.    Tafsir Surat Al-Kahfi/18: 29
 a. Terjemah
Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (QS Al-Kahfi/18: 29).
     ( Kata Kunci (Mufradat
Untuk memahami dan menjelaskan tafsir Surat Al-Kahfi/18: 29 Saudara dapat mengambil beberapa kata kunci (Mufradât) sebagai berikut:
 فَلْيُؤْمِنْ /falyu’min. Adalah kata dalam bentuk fiil mudhari’ yang menjadi fiil amar dengan lam al-‘amr (kata kerja perintah) yang berarti hendaknya ia beriman. Yakni mengikrarkan kebenaran yang datang dari Allah Swt. (agama Islam) sebagai kebenaran yang bisa menjadi pedoman hidupnya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
فَلْيَكْفُرْ /falyakfur. Adalah kata dalam bentuk fiil mudhari’ yang menjadi fiil amar dengan lam al-‘amr (kata kerja perintah) yang berarti silahkan ia kafir. Artinya silahkan saja ia memilih untuk mengingkari kebenaran  yang datang dari Allah Swt. (agama Islam) sebagai kebenaran yang hakiki.
سُرَادِقُهَا /suradiquha. Menurut Al-Ashfahani kata ini berasal dari bahasa Parsi yang diserap dalam bahasa ‘Arab, dengan alasan bahwa dalam bahasa ‘Arab tidak adan isim mufrad (kata benda tunggal) yang huruf ketiganya berufa huruf alif dan sesudahnya terdapat dua huruf (Al-Ashfahani, Juz I: h. 471). Kata ini menjadi lambang yang menggambarkan sifat api neraka yakni seperti panas, menggejolak, membakar dan lain-lain. Menurut Az-Zujaj adalah segala sesuatu yang menghancurkan yang meliputi seseorang yang bisa membuatnya menjadi menderita (Ibn Manzdûr, Lisan Al-‘Arabi, Juz X: h. 157).
مُرْتَفَقًا /murtafaqa. Adalah kata dalam bentuk isim makan (kata yang menunjukkan makna tempat) yang berarti tempat sandaran/istirahat. Maksudnya adalah tempak kembalinya manusia nanti di akhirat, surga atau neraka.
c.  Tafsir Ayat (Kandungan Makna)
Al-Qur’an Surat Al-Kahfi/18: 29 secara umum mengisyarahkan bahwa umat Islam harus berani menyatakan sikap secara tegas dalam hal kebenaran. Kita dibolehkan untuk mengakui kebathilan itu memang ada di dunia ini, tetapai bukan berarti mengakui dan menyetujui bahwa yang batil itu adalah benar. Yang benar harus tetap diposisikan sebagai kebenaran begitu juga sebaliknya. Antara kenenaran dan kebatilan tidak boleh dicampur-adukkan. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
‘dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui’. (Q.S Al-Baqarah/2: 42).
Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. (QS Al-Kahfi/18: 29)
Ada tiga pandangan para mufassir dalam memahami Frase dari ayat di atas; pertama Menurut Ibn Abbas ayat ini menunjukkan kebebasan dalam menerima atau menolak ajaran agama. Kedua, menurut Az-Zujjaj ayat ini merupakan ancaman dan peringatan bukan perintah bebas memilih. Ketiga Al-Mawardi ayat ini menjelaskan bahwa keberadaan manusia menerima atau menolak agama Islam bagi Allah Swt. tidak ada pengaruhnya, keimanan mereka tidak akan memberikan manfaat bagi-Nya begitu juga kekafiran mereka juga tidak akan mencelakakan-Nya.
Menurut penulis dalam memahami Frase dari ayat di atas adalah bahwa kebenaran ajaran agama Islam searusnya diimani dengan diikrarkan di dalam hati, dinyatakan melalui lisan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi bagi Allah Swt. pada dasarnya Dia tidak memaksa dalam soal agama (Q.S. Al-Baqarah/2: 256), maka bebas saja bagi setiap manusia untuk memilih jalan iman atau kafir.
Allah Swt. hanya memberikan pilihan-pilihan, ada pilihan yang baik dan ada juga pilihan yang buruk. Lalu Dia berikan petunjuk-Nya melalui utusan-utusan-Nya di muka bumi selanjutnya manusia diwajibkan untuk melakukan ikhtiyar yakni berusaha memilih di antara pilihan-pilihan takdir yang sudah Allah Swt. tetapkan tersebut. Siapa yang memilih kebaikan lalu dibuktikannya dengan perbuatannya, maka sebesar apapun kebaikannya akan diperlihatkannya, begitu sebaliknya sekecil apapun perbuatan buruk juga akan diperlihatkan kepadanya, sebagaimana Firman-Nya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya . Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. Al-Zalzalah/99: 7 – 8)
Siapa yang beramal shaleh, dan amal shalehnya tersebut dilandasi dengan keimanan kepada Allah Swt., maka dijamin ia tidak bisa dizhalimi oleh siapa pun dan dijamin tidak akan dikurangi sedikit pun haknya sebegaiman firman Allah Swt. berikut:
Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Q.S. Thaha/20:112).
Begitu sebaliknya bagi orang yang bebuat keburukan tidak akan lepas dari pandangan Allah Swt. dan hukuman-Nya.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek (QS Al-Kahfi/18: 29)
Yang dimaksud  orang-orang yang zhalim dalam ayat di atas adalah orang-orang kafir yakni mereka yang memilih tidak menerima kebenaran ajaran Islam. Kelak di hari perhitungan amal mereka tidak lagi dilihat dan hitung, amal mereka hancur dan rusak tidak ada artinya (Q.S. Al-Kahfi/18: 102 – 105). Bagi mereka disediakan siksaan yang pedih dengan dimasukkan ke dalam satu tempat yang diliputi dan dikepung oleh gejolak api sebagai lambang dan sumber penderitaan.
Di dalam tempat tersebut tidak tesedia makanan dan mimuman yang diinginkannya. Minuman yang ada hanyalah air yang sangat panas seperti cairan besi yang panasnya lebih dari 1000 derajat cilcius yang apabila diminum dapat menghapuskan muka mereka dan menghancurkan usus-usun mereka. Makanan yang ada hanya makanan seperti duri yang tidak dapat menggemukkan dan menghilangkan rasa lapar. (Q.S. Al-Ghasyiyah/88: 67).
Keberadaan makanan dan minuman seperti yang digambarkan di atas merupakan makanan dan minuman yang paling buruk. Dan tempat yang di dalamnya hanya terdapat makanan dan minuman yang demikian itu adalah tempat terburuk yang menjadi sumber berbagai macam kepedihan dan pendirataan yang tidak ada habis-habisnya, juga berlaku selama-lamanya.
C.  Rangkuman
Surat Al-Kâfirûn termasuk golongan surat Makkiyyah, karena diturunkan sebelum Nabi Saw. hijrah ke Madinah. Surat Al-Kâfirûn diturunkan sesudah Surat Al-Mâ‘ûn. Penamaan Al-Kâfirûn (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al-Kâfirûn yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat Yunus/10 dan Surat Al-Kahfi/18 keduanya juga digolongkan dalam surat Makkiyah. Mengenai keutamaan Surat Al-Kâfirûn antara lain disebutkan bahwa siapa yang membacanya, maka ia sebanding dengan membaca seperempat Al-Qur’an. Adapun Surat Al-Kahfi antara lain diriwayatkan bahwa siapa yang membacanya di malam jum’at, maka dia akan dijaga dari setiap fitnah selama delapan hari ke depan. Mekipun ia hidup dalam suasana yang sangat gawat yang digambarkan Dajjal telah keluar.
Surat Al-Kâfirûn, Yunus : 40-41, dan Surat Al-Kahfi : 29  sama-sama membicarakan masalah tauhid. Ketiganya membicarakan mengenai sikap yang harus diambil oleh orang-orang Islam dalam menghadapi orang-orang yang tidak mau menerima ajaran tauhid. Umat Islam harus dapat bersikap toleran tehadap  mereka, tetapi bukan berari seorang muslim melepaskan keyakinannya dengan mengakui kebenaran agama mereka.
Toleransi dalam beragama hanya dalam batas saling mengakui eksistensi agama yang dianut oleh umat manusia, bukan untuk saling mengakui kebenaran keyakinan agama sesama.
Bagi kita, umat Islam harus tetap mempertahankan bahwa agama Islam satu-satunya agama yang benar  yang dapat mengantarkan pengikutnya untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Sebab itu toleransi bagi umat Islam harus difahami kebersamaan antar umat beragama dalam urusan hidup bermasyarakat ansih, tidak sampai pada kebersamaan dalam beramal dan beribadah apalagi mencampur-adukkan ajaran-ajaran tauid.
Setiap manusia akan bertanggung jawab atas dirinya masing-masing sesuai sesuai pilihan jalan yang ditempuh dan perbuatan yang dilakukannya. Tidak ada paksaan dalam beragama, Allah Swt. hanya memberikan alternatif pilihan-pilihan, manusia diperintahkan untuk berikhtiayar memilih jalan yang benar dan paling baik bagi dirinya masing-masing.

0 komentar:

Posting Komentar